Kaum Ateis Indonesia menemukan tempat menuangkan pikirannya di Dunia Online

Kaum Ateis Indonesia menemukan tempat menuangkan pikirannya di Dunia Online – Para ateis Indonesia Didi dan Dewi memiliki sedikit kenberanian untuk menyatakan dia ateis di depan publik, namun tidak di dunia online. Mereka sangat aktif menyuarakan hal-hal yang sedang di hadapi kaum ateis di seluruh dunia.

Kaum Ateis Indonesia menemukan tempat menuangkan pikirannya di Dunia Online

Kaum Ateis Indonesia menemukan tempat menuangkan pikirannya di Dunia Online

outcampaign – Kedua perempuan belia ini merupakan pembangkang tidak beragama di dalam negeri bermayoritas Orang islam terbanyak di bumi, namun mereka cuma memberitahukannya pada sebagian orang terdekatnya saja.

Baca juga : Perang Agama: Asal usul Albania Jadi Negeri Ateis Pertama di Dunia

Malahan, keduanya sudah berasosiasi dengan beberapa ateis belia Indonesia yang sudah menciptakan tempat proteksi di internet, memakai alat website selaku web jaringan sosial, mailing list, web serta wiki buat berbicara dengan banyak orang berpikiran- sama di suatu negeri dimana melaporkan kehabisan Tuhan bisa menimbulkan seorang diasingkan.

“ buat aku dengan cara individu( terkoneksi online) cuma buat memberi pikiran- pikiran aku serta buat berjumpa dengan banyak orang yang beranggapan semacam aku, sebab aku tidak berjumpa dengan banyak orang semacam itu dalam bumi jelas,” tutur Didi, seseorang arsitek berumur 29 tahun.

“ Lebih gampang buat berkata kalau kamu merupakan gay dari kafir”

Bidadari, mahasiswi berumur 21 tahun yang terpikat pada debatan runcing kepada agama serta dongeng, menyetujuinya. Dalam kehidupannya di Jawa Barat di bandung, beliau melindungi ketidakberimanannya pada seluruh orang melainkan sahabat terdekatnya.

“ Bila seorang menanya‘ apakah kalian tidak ibadah?’, hingga aku hendak ibadah. Itu merupakan ibadah yang bertabiat politik,” jelasnya.

Kedua perempuan ini, yang menyangkal membagikan julukan asli mereka, tersambung online tiap hari buat berdebat permasalahan agama dengan kawan sesama kafir mereka— serta sebagian banyak orang berkeyakinan yang lumayan berani buat menantang argumen- argumen mereka— dengan nyaman dari balik layar computer mereka.

Ditanya hendak jadi apa dirinya tanpa internet, Didi tersimpul:“ Aku hendak jadi seseorang kafir yang terkungkung seluruhnya.”

Merupakan tak mungkin buat mengenali jumlah kafir yang terdapat di Indonesia, suatu negeri berpenduduk 234 juta jiwa yang 90 persennya merupakan Orang islam, serta dimana orang tidak berkeyakinan dengan cara sah tidak terdapat.

Tiap masyarakat negeri Indonesia wajib bawa suatu kartu bukti diri yang melaporkan ketaatannya kepada satu dari 6 agama sah— Protestan, Kristen, Islam, Budha, Hindu ataupun Konfusianisme( Konghucu)— serta keyakinan kepada“ satu Tuhan” merupakan anutan awal dari pandangan hidup sah nasional Pancasila.

Kematian lebih dari separuh juta jiwa orang sepanjang aniaya berdarah Partai Komunis Indonesia dalam memusatkan kebangkitan daya buta hati terdahulu Suharto pada tahun 1966 pula sudah meninggalkan sisa.

Agitasi anti- komunis sepanjang 32 tahun era rezim Suharto berarti kafir kerap digabungkan dengan komunis, dakwaan yang runcing di Indonesia, dimana paranoia Perang Dingin tidak sempat seluruhnya lenyap.

Stigma semacam seperti itu yang mendesak seseorang guru berumur 25 tahun dari Sumatera Barat, diketahui selaku“ XYZMan,” buat mengawali suatu email mailing list pada tahun 2004 buat membolehkan para kafir membahas agama mereka. Catatan itu saat ini sudah menulis lebih dari 350 badan.

Walaupun mailing list itu berhasil, XYZMan berkata kalau beliau dituntut buat melindungi ke- ateis- an nya dalam bumi jelas, serta sudah hadapi kekalahan perkawinan dengan seseorang perempuan Orang islam berhubungan dengan ketidakberagamaannya.

“ Bila seluruh orang mengenali kalau aku merupakan seseorang kafir, aku dapat saja kehabisan profesi aku, keluarga serta sahabat hendak memusuhi aku,” beliau menarangkan dalam suatu tanya jawab lewat email.

“ Terdapat pula mungkin aku bisa diserbu dengan cara raga ataupun dibunuh sebab aku merupakan seseorang ateis( tidak beragama) serta darah aku halal( diijinkan buat ditumpahkan) bagi anutan Islam.”

Meski tidak banyak jumlahnya, para kafir Indonesia yang tersambung online sudah kilat mengadaptasi apa yang diucap web inovasi“ Website 2. 0”, wiki serta situs- situs jaringan sosial.

“ Kita memakai seluruh alat yang membolehkan( Facebook, Friendster, Multiply, dan lain- lain) buat membuktikan kehadiran kita, mengakulasi banyak orang,” Karl Karnadi, mahasiswa Indonesia berumur 25 tahun yang lagi berlatih di Jerman yang terdapat di balik banyak website project, berkata dalam suatu catatan Facebook pada AFP.

Tidak hanya mengaitkan para kafir, kehadiran website itu pula dimaksudkan buat memusnahkan penghalang bahasa yang menimbulkan banyak orang Indonesia tidak memahami penulis- penulis berarti yang kafir semacam Richard Dawkins serta Christopher Hitchens, dempak Karnadi. Wiki Kafir Indonesia( Indonesian Atheist)— dimana, semacam Wikipedia, para badan dengan cara beramai- ramai berkontribusi serta membenarkan isinya— bermuatan artikel- artikel berbicara Indonesia dengan poin yang bermacam- macam dari kemajuan hingga alasan buat serta menentang agama serta pernyataan- pernyataan“ deconversion” oleh sahabat Indonesia.

“ Wiki itu semacam suatu ilmu wawasan beramai- ramai, suatu yang kita harapkan bisa dipakai tiap kali kita membahas agama, melawan para pengikut kreasionisme,” tutur Karnadi.

Kedatangan website ini pula berfungsi selaku semacam jasa pendukung. Tim Facebook pula membuka diskusi- diskusi mengenai gimana metode mengawali dialog mengenai agama dengan keluarga serta sahabat, dimana banyak badan membenarkan kalau mereka beranggapan aksi sangat bijak merupakan buat senantiasa“ menggunakan masker”.

Karnadi, tadinya merupakan seseorang pianis gereja yang saat ini kehabisan keyakinannya kepada kekristenan, berkata kalau tujuan kesimpulannya merupakan buat menghasilkan suatu web terkonsentrasi buat mengkoordinir para kafir serta menjangkau banyak orang Indonesia yang mempunyai keragu- raguan kepada agama mereka.

Itu merupakan suatu kewajiban yang diakuinya jauh lebih gampang dicoba dari luar negara.

“ Aku mempunyai independensi aku disini… serta aku bisa melaksanakan apapun( membuat web kafir, komunitas, mempersoalkan agama dan lain- lain) dengan cara terbuka, tanpa khawatir hendak ganjaran bui ataupun para fundamentalis yang hendak menewaskan aku,” jelasnya.

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)