Perang Agama: Asal usul Albania Jadi Negeri Ateis Pertama di Dunia

Perang Agama: Asal usul Albania Jadi Negeri Ateis Pertama di Dunia – Pemerintahan Komunis Albania mencegah agama serta melancarkan kampanye aniaya sepanjang puluhan tahun kepada pengikut Kristen serta Orang islam, memenjarakan serta melaksanakan malim serta menyiksa keluarga mereka. Namun sebagian lalu mengaplikasikan agama mereka dengan cara bisik- bisik.

Perang Agama: Asal usul Albania Jadi Negeri Ateis Pertama di Dunia

Perang Agama Asal usul Albania Jadi Negeri Ateis Pertama di Dunia

outcampaign – ” Sehabis perang selesai, komunis tiba bersama dengan kebangkrutan mereka. Guru besar( agama) kita ditembak, dipenjara, mereka menganggap kita semacam fauna.”

Baca juga : Repotnya Jadi Ateis, 10 Suasana Ini Buat Ateis Akan Mati Kutu

Pastor Ernest Simoni Troshani, seseorang pastor Kristen Albania, mengenang rentang waktu pasca- Perang Bumi II di negaranya, kala pemerintahan yang dipandu oleh buta hati komunis Enver Hoxha melancarkan aksi keras kepada para malim serta pengikut agama.

Sehabis Troshani melangsungkan ekaristi buat mengenang Kepala negara AS John Kennedy kala ia dibunuh pada November 1963, ia dibekuk pada Malam Natal serta menghabiskan 28 tahun di bui, catat Balkan Insight.

Ia bukan salah satunya figur agama yang hadapi aniaya hebat di dasar rezim komunis. Ceramah anti- komunis menimbulkan malim Orang islam Hafiz Sabri Koci dipenjara sepanjang lebih dari 20 tahun; Pendeta Kristen Shtjefen Kurti ditembak sebab membaptis kanak- kanak, sehabis ia menghabiskan 20 tahun di bui. Sedangkan malim Orang islam yang lain, Hafiz Ali Kraja, terkini berjumpa putranya buat awal kalinya pada umur 5 tahun lewat jeriji sel di bui, di mana ia ditahan sepanjang 2 dasawarsa.

Beban banyak orang ini merupakan hasil dari perang yang dicoba kepada jago agama dari seluruh agama, oleh Partai Pegawai arahan Hoxha di dasar jargon” Agama merupakan kegemaran orang”, cuplikan yang diadaptasi dari catatan filsuf komunis Karl Marx.

Pada 1976, Partai Pegawai apalagi melaporkan Albania selaku negeri Ateis awal di bumi, mencegah keyakinan agama dalam konstitusi, serta menjatuhkan ganjaran sebab ikut serta dalam seremoni keimanan serta mempunyai buku- buku agama. Sedangkan itu, agama pada Hoxha, komunisme, serta partai didorong, lanjut Balkan Insight.

Lewat sistem agitasi yang terorganisir dengan bagus tercantum alat serta film, negeri buta hati itu mengurangkan malim, mematok mereka selaku tunagrahita, akibat minus pada warga, agen yang tersambung dengan Barat, ataupun apalagi badan beresiko dari golongan bersenjata yang berupaya meregang kewenangan dengan menuntut.

Tetapi terbebas dari komitmen negeri kepada penghancuran institusi keimanan, pembakaran buku bersih, pemenjaraan serta eksekusi para pendeta serta pemimpin, sebagian keluarga Albania lalu mengaplikasikan agama mereka dengan cara bisik- bisik, walaupun itu mematikan nyawa mereka.

Perang Rival Agama Ernest Simoni Troshani( tengah) di Vatikan pada November 2016, sehabis beliau dinaikan jadi elementer.( Gambar: EPA/ MAURIZIO BRAMBATTI)

Hoxha memublikasikan penghapusan agama

Perang melawan pendeta diawali sehabis Komunis berdaulat di Albania pada 1945, tulis Balkan Insight. Mereka memandang pendeta Kristen( yang mempunyai ikatan global yang kokoh serta menyangkal agitasi Komunis) selaku bahaya.

Pada Desember 1945, puluhan jago agama serta pemeluk berkeyakinan dibekuk, 39 di antara lain dihukum di majelis hukum yang dipandu tentara, dengan ganjaran yang berat dijatuhkan. Pada Maret 1946, 7 pemeluk berkeyakinan dieksekusi mati.

Kampanye melawan agama terus menjadi intensif sehabis Hoxha berpidato pada 6 Februari 1967, yang dengan cara sah meluncurkan pertempuran melawan” pandangan hidup agama”. Ceramah Hoxha diiringi dengan sepucuk pesan dari panitia pusat Partai Pegawai, yang dimaksudkan buat membimbing serbuan kepada agama di semua negara.

“ Agama merupakan kegemaran orang. Kita wajib melaksanakan yang terbaik buat membuat seluruh orang paham ini, apalagi mereka yang sudah diracuni( yang jumlahnya tidak sedikit). Kita wajib memulihkan mereka. Ini tidaklah profesi yang gampang, ataupun tidak bisa jadi,” suara pesan itu, diambil Balkan Insight.

Retorika politik serta agitasi alat yang intens mendesak kalangan belia buat mematok situs- situs keimanan. Bagi Memory Museum( suatu cetak biru online oleh Institut Riset Politik Albania) 2. 169 badan keimanan ditutup, tercantum 740 langgar, 608 gereja Kolot, 157 gereja Kristen, serta 530 turbe( kuburan Ottoman) serta teke( web keimanan Sufi). Peninggalan adat serta asal usul turut sirna bersama mereka.

Nikolin Kurti( keponakan malim yang dianiaya serta pembangkang Shtjefen Kurti) mengenang gimana perihal ini menghasilkan” atmosfer tidak nyaman”. Ia terkenang peristiwa yang amat mengusik di masa dingin 1968, yang ia lihat kala ia berangkat ke sekolah di Tirana sesuatu pagi.

“ Di Jalur Kavaja, terdapat antrean jauh truk yang dipadati orang. Truk- truk itu hendak bawa banyak orang ke barak interniran. Mereka terdapat di situ sepanjang 2 jam buat mengintimidasi banyak orang yang akan berangkat bertugas ataupun sekolah. Mereka berupaya buat membuktikan pada seluruh orang ancaman yang menunggu mereka bila mereka menyimpang dari garis partai’,” tuturnya pada Balkan Insight.

Agama agama seluruhnya dilarang dalam konstitusi Republik Orang Albania pada 1976, 9 tahun sehabis ceramah Hoxha.

Artikel 37 konstitusi melaporkan:” Negeri tidak membenarkan agama, serta mensupport dan meningkatkan agitasi Ateis buat mengaitkan banyak orang dalam pemikiran bumi objektif yang materialistis.”

Artikel 55 sedangkan itu, mencegah pendirian badan apa juga yang berkepribadian agama.

Dibekuk atas julukan orang’

Salah satu permasalahan penganiayaan yang sangat tidak masuk ide dialami oleh Pastor Ernest Simoni Troshani, saat ini berumur 90 tahun serta salah satu figur Kristen sangat dihormati di Albania.

“ Dikala itu Malam Natal 24 Desember 1963, kala aku berakhir ekaristi serta 4 orang menghadiri aku. 2 di antara lain berseragam tentara serta 2 yang lain berperforma semacam masyarakat awam,” melamun Troshani pada Balkan Insight.

“ Mereka mengikat tangan aku ke balik dengan metode yang kasar seakan aku merupakan penjahat beresiko, serta berkata pada aku kalau Kamu dibekuk atas julukan orang’, serta meningkatkan: Kamu hendak digantung sebab Kamu berikan ketahui banyak orang serta anak belia kalau bila butuh kita wajib membagikan nyawa kita pada Yesus Kristus.’ Mereka menganggap aku dengan kejam, di depan orang berumur aku, yang matanya berkilauan,” tambahnya.

Sebab aplikasi agama belum dilarang oleh hukum pada dikala itu, pendeta itu dituduh melaksanakan pelanggaran lain dalam bermacam permasalahan yang dibuat- buat.

“ Seluruh dakwaan itu konyol, namun pada kesimpulannya itu diformulasikan selaku hasutan, agitasi, serta usaha melarikan diri, serta mereka meningkatkan suatu yang lain mengenai ekaristi yang aku adakan kala John Kennedy terbunuh,( yang betul) sebab kala Kepala negara AS terbunuh Paus Bulu halus mengamanatkan pada seluruh pemimpin di bumi buat melangsungkan ekaristi untuk arwahnya,” nyata Troshani.

Pendeta itu berkata, ia disiksa di kantor kejaksaan dalam usaha buat memaksanya membenarkan dakwaan ilegal terhadapnya.

“ Mereka berupaya seluruh metode, mengencangkan belenggu alhasil gerakan darah aku tertahan. Aku tidak ketahui gimana aku dapat hidup hari ini, namun kala Tuhan mengirimkan godaan, ia pula membagikan daya buat menghadapinya,” sambungnya.

Troshani dijatuhi ganjaran 25 tahun bui, 18 tahun di antara lain beliau habiskan di bui politik Spac di utara negeri itu, di mana tahanan dituntut melaksanakan kegiatan menuntut di tambang tembaga serta pirit yang bersebelahan dengan bui.

Pada Mei 1973, segerombol narapidana melancarkan makar melawan pengawal mereka, serta mulai melantamkan independensi serta memberhentikan komunisme.

“ Barak itu dikelilingi oleh angkatan bersenjata, serta mereka mulai menembak ke hawa. Setelah itu aku dibekuk bersama 12 hingga 13 orang yang lain( dituduh selaku aktivis makar),” melamun Troshani.

“ Aku tidak ketahui sedikit juga apa yang lagi terjalin, namun situasinya memburuk kala mereka menaruh seluruhnya di balik bilik serta mulai memanggil julukan. 3 orang ditembak di depan aku,” lanjutnya.

Nyawa Troshani diselamatkan, namun ia senantiasa di bui. Walaupun aturannya kencang, ia lalu mengaplikasikan keyakinannya dengan cara rahasia, melangsungkan ekaristi serta menyambut pengakuan kesalahan. Sedangkan itu, bersamaan penganiayaan negeri pula menyebar ke keluarga jago agama, saudara Troshani diawasi oleh polisi rahasia yang dikhawatirkan, Sigurimi.

Tetapi sehabis kesimpulannya dibebaskan dari bui, Troshani kembali dibekuk serta dihukum kegiatan menuntut di saluran pengasingan kotoran.

Ramadan di balik jeriji penjara

Malim Orang islam Albania pula jadi target aniaya oleh pemerintahan Komunis.

Mehdi Kraja, putra salah satu figur Orang islam sangat populer di Albania, Hafiz Ali Kraja, mengenang gimana bapaknya menghabiskan durasi bertahun- tahun di bui, sehabis berpidato dengan kepala karangan” Apa itu Komunisme serta konsekuensinya untuk agama serta bangsa Albania”.

Ceramah itu menyebabkan Hafiz Ali Kraja lekas diklasifikasikan selaku anti- Komunis, serta memaksanya buat bersembunyi bersama suatu keluarga di kota Shkoder sepanjang dekat 2 tahun dari 1944- 1945.

Ia merahasiakan dirinya di ruang dasar tanah, serta terkini timbul sehabis amnesti diumumkan, yang berkomitmen:” Seluruh yang dicari oleh pihak berhak hendak diampuni ganjaran mati serta cuma hendak dipenjara.”

Hafiz Ali Kraja setelah itu didiagnosa 25 tahun bui. Namun kala ia bersembunyi, kerabat laki- lakinya sudah disiksa oleh pihak berhak, dalam usaha buat membuat mereka mengatakan keberadaannya.

“ Kita tidak berikan ketahui papa kita apa yang terjalin, namun ia kaget kala kerabat laki- lakinya masuk bui,” ucap putranya, Mehdi Kraja, pada Balkan Insight.

Kanak- kanak malim itu berkembang tanpa berjumpa dengannya.

“ Kala ia pergi dari bui, kerabat wanita aku khawatir sebab ia tidak dapat mengidentifikasi kalau ia merupakan bapaknya. Aku sendiri memandang papa di rumah( buat awal kali) pada umur 26 tahun,” melamun Mehdi Kraja.

Ia pula ingat gimana ia dianiaya di sekolah sebab bapaknya dipenjara sebab aktivitas agamanya. Dalam satu peristiwa, seseorang guru menyuruhnya berdiri di kategori serta berupaya mempermalukannya, memanggilnya” anak seseorang reaksioner” serta” anak kompetitor orang”.

Selaku saudara dari tahanan pemimpin, keluarga Kraja dikirim ke isolasi dalam dari 1955 sampai 1958, di Bajram Curri di bagian utara terasing Albania.

Walaupun hadapi aniaya, Kraja berkata kalau bapaknya melaksanakan Ramadan di bui, serta keluarganya lalu menjajaki adat- istiadat adat Orang islam.

Hafiz Ali Kraja kesimpulannya pergi dari bui pada 1965, sehabis menempuh ganjaran 19 tahun, dikutip dari Balkan Insight.

error

Enjoy this blog? Please spread the word :)